Selasa, 09 Juni 2020

Stimulasi Perkembangan Fisik Motorik Halus AUD

Menstimulai Perkembangan Motorik Halus AUD
Dengan Pendekatan Seni Melalui Media Kertas Origami

Menstimulasi perkembangan Fisik Motorik AUD

 Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelengaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletak dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Pendidikan anak usia dini memberikan pembiasaan akan merangsang tumbuh kembang anak.

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah perantara atau pengantar. Media pembelajaran adalah sumber sumber belajar selain guru inilah disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan atau diciptakan secara terencana oleh pendidik, pengetahunan, keterampilan, atau sikap. Penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indra anak. Penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman dan yang lebih baik terhadap isi pelajaran. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pembelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira di mana ada keterlibatan emosianal dan mental.

Seperti yang dikemukakan Hamalik (Arsyad, 2011:15) yang menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh pengaruh psikologis terhadap sisiwa. Terbukti dengan pembelajaran yang menarik bagi anak, anak akan secara aktif mengikuti setiap kegiatan yang diberikan oleh gurunya.

Mengingat peran media pembelajaran itu sangat penting, maka pada kesempatan kali ini, penulis ingin membahas tentang bagaimana media yang digunakan seperti cat air dan kertas origami dapat menstimulasi perkembangan fiisk motorik halus anak usia dini. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Hal ini nantinya akan dibutuhkan anak dalam kegiatan akademis. Kegiatan akademis tersebut seperti menulis, menggunting, menjiplak, mewarnai, melipat, menarik garis dan menggambar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1978) bahwa penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena seiring makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosiai yang dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi di sekolah.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal carol (Endah,2008).

Dalam Jurnal nasional oleh Andyda Melia (2011), pemerhati anak dan parenting menyampaikan hasil penelitian yang telah dipublikasikan, disimpulkan bahwa belajar origami bermanfaat bagi anak untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan koordinasi antara tangan dan mata. Bagi guru dapat menggunakan origami untuk mengerjakan berbagai konsep matematika. Membuat origami juga memberi pengaruh positif pada memori, proses imajinasi, perhatian dan meningkatkan harga diri. kegiatan origami dapat meningkatkan motorik halus, juga dapat mendorong anak untuk lebih mudah atau berpengaruh positif terhadap pembelajaran yang bersifat logika dan emosional.

Menurut Holts (2009), kemampuan motorik anak dikatakan terlambat, bila di usianya yang seharusnya ia sudah dapat mengembangkan keterampilan baru, tetapi ia tidak menunjukkan kemajuan. Terlebih jika sampai memasuki usia sekolah sekitar 6 tahun, anak belum dapat menggunakan alat tulis dengan baik dan benar. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untuk mengoordinasikan gerakan tangan dan jarijemarinya secara fleksibel.

Beberapa faktor yang melatarbelakangi keterlambatan perkembangan kemampuan motorik halus adalah kurangnya kesempatan untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sejak bayi, pola asuh orangtua yang cenderung overprotektif dan kurang konsisten dalam memberikan rangsangan belajar, tidak membiasakan anak untuk mengerjakan aktivitas sendiri, anak tidak dibiasakan makan sendiri, sehingga fleksibilitas tangan dan jemarinya kurang terasah. Akan tetapi ada juga oleh pengaruh yang lain seperti ada beberapa anak menunjukkan keterlambatan dalam kemampuan motorik halus karena keterlambatan tumbuh kembang atau diagnosa medik seperti Down Syndrome atau cerebral palsy (cacat mental).

Menurut pandangan Schickedanz, dalam Solehuddin (2002) pengetahuan pada dasarnya dibangun. Pengetahuan itu tidak terletak dimanapun, melainkan dibangun oleh anak dengan berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini diasumsikan bahwa keterlibatan, kreativitas, dan inisiatif anak dalam proses belajar merupakan hal yang esensial, serta menciptakan suasana belajar yang bermakna. Berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, sebenarnya banyak pendekatan dan kegiatan pembelajaran yang dapat mendukung pengembangan aspek motorik halus anak. Pendekatan seni merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Seni adalah kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indra dan rasa, kemampuan intelektual, kreatifitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media. Pengembangan seni juga bertujuan mengembangkan keterampilan motorik halus anak didik dalam berolah tangan. Salah satu diantaranya adalah pembelajaran bidang seni rupa yaitu pada kegiatan melipat kertas (origami).

Beberapa contoh kegiatan melipat kertas origami:


Tapahan melipat bentuk perahu:




DAFTAR REFERINSI
 

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
 
Arikunto, suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.
 
Andyda Melia, 2011. Jurnal Nasional M. Amanuma, (1997:297). Seni Melipat Kertas dari Negeri Sakura.
 
Eqtada A.Bilhaque, 2013, Model- Model Menarik Origami, Penerbit Plus Multimedia.
 
Endah. (2008). Perkembangan Motorik 2. Diunduh pada tanggal 27 desember 2019 dari http://amore87.wordpress.com/2009/11/05/ 
 
Hurlock Elizzabeth B., 1992, Psikologi Perkembangan Anak, Jilid 1-2. Jakarta:Penerbit Erlangga.
 
Hurlock Elizzabeth B, (1992) .Developmental psychology. Jakarta: Penerbit Erlangga.
 
Makiko Ikeda & Kris Hirschmann, 2009 Origami Seni Lipat Kertas, Penerbit Dahar Prize.
 
Muslich, Masnur, 2011. Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah. Jakarta : PT Bumi Aksara.
 
Nur Anisah, 2009. Mahir Membuat Origami Bentuk Binatang: Buku kita com. Robeert J.Lang, 2006. The Fourth Internasional Meeting On Origami In Science (40 SME)
 
Sukardi, 2008, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya Tahir Hadi, 2012, Origami Hewan Kreasi Baru Yang Menawan. Jakarta : PTGramedia Pustaka Utama.
 
 
Saifuddin, Azwar, 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka pelajar.
 
Sukmadinata, N, Syaodih, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
 
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
 
Standar Tingkat Pencapaian perkembangan Anak Usia Dini. Permen No.58 Tahun2009

 


 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar